TIMES SUMEDANG, PONOROGO – Kabupaten Ponorogo, sebuah wilayah di Jawa Timur yang kental dengan budaya Reog, ternyata menyimpan mutiara lain yang tak kalah memukau: batik.
Lebih dari sekadar sehelai kain, batik Ponorogo adalah cerminan identitas, sejarah panjang, dan keahlian turun-temurun yang kini siap merambah panggung global. Keunikan motif dan filosofi di baliknya menjadi daya tarik tersendiri, menjadikannya warisan budaya tak benda yang patut dibanggakan.
Keunikan dan Motif Khas Batik Ponorogo:
Batik Ponorogo memiliki ciri khas yang membedakannya dari batik daerah lain. Salah satu motif yang paling ikonik adalah motif merak, yang melambangkan keindahan, kemewahan, dan keagungan.
Motif ini seringkali digambarkan dengan detail yang rumit, menunjukkan keanggunan burung merak yang sedang melebarkan ekornya. Selain merak, motif-motif lain seperti Reog Ponorogo juga turut memperkaya khazanah batik ini, menggambarkan semangat dan kegagahan kesenian tradisional tersebut.
Warna-warna yang dominan pada batik Ponorogo cenderung bernuansa alam, seperti coklat, hitam, dan indigo, meskipun kini banyak inovasi dengan palet warna yang lebih cerah untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Teknik pewarnaan alami yang masih dipertahankan oleh beberapa pengrajin juga menjadi nilai tambah, menjamin kualitas dan keaslian setiap helainya.
Sejarah Batik di Ponorogo
Batik khas Ponorogo telah ada sejak berabad-abad lalu, dimulai dari lingkungan keraton dan kemudian menyebar ke masyarakat.
Setiap motif tidak hanya indah dipandang, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Misalnya, motif daun atau bunga seringkali melambangkan kesuburan dan kehidupan, sementara motif geometris bisa diartikan sebagai keteraturan dan harmoni alam semesta.
Pembuatan batik, yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran, juga mencerminkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat Ponorogo.
Komitmen Pemerintah Daerah
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menyadari betul potensi besar yang dimiliki batik khas daerahnya.
Ia pun menegaskan komitmennya untuk mengangkat derajat batik Ponorogo ke kancah nasional bahkan internasional.
"Batik Ponorogo bukan hanya soal kain, ini adalah identitas kita, ini adalah warisan leluhur yang harus kita jaga dan kita kembangkan," ujarnya Kamis (2/10/2025).
"Kami memiliki mimpi besar, bagaimana batik Ponorogo bisa dikenal luas, tidak hanya sebagai oleh-oleh, tetapi sebagai produk seni bernilai tinggi yang diakui dunia," tandasnya.
Bupati yang dikenal dengan ide-ide briliannya ini menambahkan, bahwa pemerintah kabupaten akan terus mendukung para pengrajin, baik melalui pelatihan, fasilitasi pemasaran, maupun promosi.
"Kita akan dorong inovasi tanpa menghilangkan esensi aslinya. Kolaborasi dengan desainer muda dan platform digital akan menjadi kunci untuk menembus pasar yang lebih modern," tegasnya.
Visi ini menunjukkan keseriusan Pemkab Ponorogo dalam menjadikan batik sebagai salah satu pilar ekonomi kreatif daerah.
Harapan dan Tantangan
Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan semangat para perajin, batik Ponorogo memiliki peluang besar untuk berkembang. Globalisasi dan peningkatan kesadaran akan produk lokal dan berkelanjutan menjadi angin segar.
"Namun, tantangan juga ada, seperti persaingan pasar, regenerasi pengrajin, dan adaptasi terhadap tren mode yang terus berubah. Inovasi dalam desain, kualitas, dan strategi pemasaran akan menjadi kunci untuk menjaga eksistensi dan meningkatkan daya saing batik Ponorogo," jelas Bupati Sugiri Sancoko.
Batik Ponorogo adalah perpaduan sempurna antara seni, sejarah, dan budaya. Dengan motifnya yang khas, filosofi yang mendalam, serta visi progresif dari Bupati Sugiri Sancoko,
"Batik ini tidak hanya akan terus lestari, tetapi juga mampu mengharumkan nama Ponorogo di kancah global. Mari bersama mendukung dan mengenakan batik Ponorogo, sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya bangsa," tukasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Hari Batik Nasional, Bupati Ponorogo Ingin Hidupkan Lagi Batik Khas Lokal
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |